Melihat Wisata Dadakan di Jembatan Aurduri Jambi

Dijadikan Tempat Memancing dan Kongko

Jembatan Aurduri merupakan salah satu kebanggaan Provinsi Jambi. Jembatan yang menghubungkan Kota Jambi dan kawasan seberang itu tak hanya berfungsi sebagai jembatan, tapi kerap pula dijadikan sebagai tempat wisata dadakan oleh warga kota.
Suasana Jembatan Aurduri I Kota Jambi terlihat tidak terlalu ramai, Minggu kemarin (7/2). Lalu-lalang kendaraan pada Sabtu sore tak terlalu padat. Menjelang matahari terbenam, suasana di kawasan jembatan cukup indah. Apalagi jika berkendaran dari Kota Jambi menuju kawasan Buluran, di sepanjang jalan akan ada banyak pedagang yang menjajakan jagung manis atau jagung bakar. Suasana itu membuat warga Jambi lebih tertarik menjadikan jembatan sebagai tempat berkumpul keluarga maupun muda-mudi untuk menghabiskan waktu sore.

Memang jembatan kebanggaan Jambi itu acap dijadikan sebagai tempat wisata dadakan, karena suasana yang cukup mendukung. Padahal, keadaan air di Sungai Batanghari tidak terlalu jernih dan masih banyak terlihat tumpukan sampah di bagian pinggir sungai. Meski begitu, tetap saja ramai dikunjungi warga. Di bagian pinggir jembatan, terlihat cukup banyak warga yang memutuskan duduk dan berhenti sejenak. Sekadar santai, memandang Sungai Batanghari dari hulu ke hilir. Bahkan sebagian terlihat mengabadikan momen tersebut untuk berfoto memakai kamera ponsel.

Bujang (27), seorang penjual jagung manis yang juga warga setempat, mengatakan hal tersebut lumrah. Setiap sore menjelang senja, banyak warga berkumpul. Meskipun bukan di tepi pantai, warga terlihat cukup puas melihat keindahan alam di sore hari itu. “Banyak yang duduk-duduk di atas, santai-santai menikmati angin sore yang sejuk,” ujarnya.

Jembatan juga acap dijadikan sebagai tempat wisata pemancingan umum. Bagian bawah kanan dan kiri jembatan dimanfaatkan sebagai sarana pemancingan umum. Tidak hanya bagi warga setempat. Warga kelurahan lain yang memiliki hobi memancing sering pula datang ke Jembatan Aurduri. Mereka seakan tidak peduli dengan suasana jembatan, air Sungai Batanghari yang keruh, dan debit air yang cukup tinggi. Ada juga yang memilih memancing menggunakan perahu ketek tepat di bawah jembatan.

Meskipun jembatan berfungsi sebagai penghubung antara Kota Jambi dan seberang, ternyata bisa dijadikan sebagai alternatif untuk menghabiskan waktu sore hari bersama keluarga sambil menikmati suasana Sungai Batanghari, Jembatan Aurduri, senja, dan jagung manis. Yang disayangkan hanya arus lalu lintas jadi kerap macet.(*)



Luas situs Candi Muaro Jambi sebesar 12 kilometer persegi, merupakan kawasan ibadat Budha pada zaman kerajaan Sriwijaya. Situs Percandian Muaro Jambi terletak di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muara Jambi. Jaraknya dari ibukota provinsi Jambi sekitar 40 kilometer. Kompleks ini tak jauh dari daerah aliran sungai Batanghari. Untuk sampai ke sana, bisa menempuh jalur darat atau pakai kapal cepat lewat sungai.
Pertama kali ditemukan oleh tentara Inggris bernama SC Crooke pada 1820, ketika ditugasi memetakan Sungai Batanghari. Candi Muaro Jambi memilih 80-an candi, sembilan candi besar. Ada sembilan candi yang besar : Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, candi Gedong satu dan Gedong dua, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Telago Rajo, Candi Kembar Batu dan Candi Astano. Candi Gedong Satu terhitung unik di kompleks candi Muaro Jambi. Tak diketahui secara pasti kapan candi ini dibangun. Luas halamannya sekitar 500an meter persegi, terdiri dari bangunan induk dan gapura. Bentuknya sangat berbeda dengan candi umumnya di Pulau Jawa. Candi tak dibuat dari batu alam, tapi dari batu bata. Pada tiap bata merah, terdapat pahatan relief. Sebagian dari bata ini ada yang disimpan di museum.Ditemukan banyak benda bersejarah yang tak ternilai harganya di kompleks candi ini. Kini barang-barang itu disimpan di museum Negeri Jambi. Misalnya ada arca gajah singa, juga arca Dwarapala. Arca Dwarapala, ditemukan di Candi Gedong. Secara tidak sengaja ditemukan pada tahun 2002 waktu pemugaran gapuranya. Kalau dulu fungsinya sebagai penjaga gerbang, kalau sekarang katakanlah sekuritinya atau satpamnya. Satu arca lagi adalah Arca Prajnaparamita, dewi perlambang kesuburan. Sayang, beberapa bagian arca ini belum ditemukan seperti tangan dan kepalanya. Kemudian ada arca Prajnaparamitha, ditemukan di Candi Gumpung. Sayangnya sampe sekarang kepalanya belum ditemukan. Ini perempuan, ini adalah suatu lambang suci agama Budha. Di museum ini juga tersimpan belanga dari perunggu seberat 160 kilogram, tingginya 60an sentimeter, dengan diameter lubang belanga sekitar satu meter. Belanga ini diduga sebagai salah satu alat ritual umat Budha aliran Tantrayana.

Pengikut

blakblakan

peluang usaha
Diberdayakan oleh Blogger.

monggo diliat-liat